Si Jaya Mapan, Yan Artadinata Kosasih
Perawakannya tinggi, rambutnya cepak, dan wajahnya mirip sekali dengan salah seorang teman saya yang bernama San Artadinata Kusasih. Well, itu wajar karena mereka adalah saudara kembar hahaha...
Saya berteman dengan Yan (dan juga San) sejak kami masih di SMP. Waktu itu, kesan pertama ketika melihat mereka berdua adalah sepasang saudara kembar yang berbadan besar dan selalu membawa botol minum ke mana-mana. Kalau tidak salah ingat, warna botol minum Yan kala itu berwarna hijau. Singkat cerita, kami semakin kenal karena Yan berjemaat di gereja yang sama dengan saya. Hubungan pertemanan kami berlanjut smapai sekarang dan walaupun Yan bukanlah salah satu sahabat yang paling dekat, namun kami tetap dapat berbincang-bincang dengan asyik ketika bertemu. Satu lagi yang membuat kami lebih akrab karena kami sama-sama JUVENTINO! Oh yeah, Forza Juventus!
Saya ingin menulis tentang Yan di kategori Classy People karena orang ini memang classy. Begini ceritanya, beberapa waktu lalu ketika bertemu, kami sempat ngobrol mengenai masalah pekerjaan. Dari obrolan tersebut, saya mendapati fakta bahwa toko listrik yang dikelolanya saat ini semakin ramai, padahal baru tiga tahun yang lalu dia mulai membuka toko. Lokasi tokonya pun tidak bisa dibilang cukup ramai. Belum sempat bertanya apa rahasianya, saya sudah tahu jawabannya. Yan adalah seorang pedagang yang jujur. Toko listriknya yang bernama Jaya Mapan memiliki nilai-nilai moral yang mengutamakan kejujuran. Salah satu bentuk dari kejujuran tersebut adalah, Yan tidak mau menerima manipulasi nota dalam bentuk apa pun. Baik menaikkan atau menurunkan harga dengan kepentingan apa pun, dia tidak mau melakukannya. Akibat dari kejujuran ini, tidak sedikit pembelinya yang membatalkan transaksi dan beralih ke toko lain yang mau memanipulasi nota demi keuntungan pihak tak bertanggung jawab. Walau mengalami beberapa kejadian yang tidak mengenakkan akibat nilai-nilai moral tersebut, Yan tetap tidak mau berkompromi.
Seiring berjalannya waktu, tanpa diduga-duga toko suami dari Fely Tedjokusumo ini malah menjadi semakin ramai. Ada beberapa pembeli yang pernah ditolak niat jahatnya malah kembali lagi. Ada juga pembeli-pembeli baru yang berdatangan. Mereka menyatakan kagum dengan semangat bisnis Yan yang mengutamakan kejujuran. Ketika mendengar cerita Yan dan membaca sendiri kisah lengkapnya di website tokonya yang memuat hal ini, saya sangat diinspirasi sekaligus bangga dengan teman saya yang satu ini. Yan mengatakan bahwa dia bisa melakukan semua itu bukan karena dia hebat tapi karena Tuhan Yesus yang memampukan dia untuk melakukan kebenaran. Luar biasa! Hidup Tuhan Yesus! Hidup Yan! dan Hidup Juventus! (lho?)
ps: baca kisah Yan menolak memanipulasi nota di website www.jayamapan.com bagian Corporate Values.
